Katakanlah (Muhammad), “Ya Allah! pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.QS. Ali 'Imran, Ayat 26
Ayat diatas selalu menjadi pijakan berargumen dalam membahas tentang kepemimpinan, dari ukuran mikro (RT) hingga makro (presiden). Sebab secara gamblang lansung dapat dipahami betapa Allah swt pemilik alam semesta Maha Kuasa mengatur segala hal, termasuk menentukan 171 calon Guburnur/Bupati/Walikota dalam Pilkada serentak 2018.
Olehnya itu, jika kita renungkan dan tadabburi ayat diatas tidak perlu seseorang ambisius, "menghalkan segala cara dan memaksakan kehendak" untuk tampil menjadi pemimpin. Toh, jika ada nasibnya pasti akan diraih dan diangkat jadi pemimpin, apapun asal usulnya; apakah dia ningrat memimpin para budak atau hamba sahaya memimpin darah biru. Bisa juga kulit putih memimpin kulit hitam atau kulit hitam memimpin kulit putih.
Sejarah membuktikan firman Allah swt tersebut dan memahamkan kita semua. Merujuk dalam studi sejarah peradaban Islam, bahwa adanya dinasti-dinasti (patronisme) berbeda latar belakang keturunan atau suku tampil menjadi penguasa di dunia.
Dimulai dari Dinasti Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah adalah refresentasi klan pemimpin dari kalangan darah keturuan raja atau ningrat, sebab telah turun temurun memimpin masyarkat di jazirah Arab hingga Erofa dan Asia.
Tetapi, jangan lupa ada juga yang didampuk menjandi pemimpin dari kalangan keturun budak atau hamba sahaya, lebih dikenal dengan nama Dinasti Mamluk (keturuan budak-budak) mereka termasuk lama berkuasa, dimulai sejak tahun 1250-1517 M.
Prestasi gemilang Dinasti Mamluk yaitu melindungi warisan perdaban Islam universitas pertama dan tertua di dunia al-Azhar Mesir dengan berhasil mengalahkan perang Dinasti Mongolia yang terkenal sadis dan bengis, sebab membumi hanguskan setiap negeri yang ditaklukkan, seperti yang terjadi ketika Bagdad Irak ditaklukkan.
Ahli sejarah mengatakan seandainya Dinasti Mongol sempat masuk ke Mesir maka tidak ada namanya Universitas al-Azhar yang masih eksis hingga saat ini, banyak mencetak ulama. Panglima atau raja mongol yang terkenal, Jengis Khan dan Hulagu Khan.
Itu sajarah masa lalu, sementara sejarah masa kini. Siapa yang tidak tahun Presiden Nelsen Mandela? perjalanan hidupnya sebelum menjadi penguasa Afrika Selatan. Sempat dipenjara bertahun-tahun, ketika politik apartheid (kulit putih) yang berkuasa di Afrika.
Namun perlahan tapi pasti, ayat diatas berlaku kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Nelsen Mandela menjadi pemimpin, persis hampir sama dengan Amerika Serikat dipimpin seorang kulit hitam Barack Obama dengan memimpin kulit putih yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Argumen terakhir untuk membuktikan ayat diatas, indikator kuatnya adalah demokrasi. Asumsi penulis, bahwa sistem demokrasi yang dianut banyak negara saat ini mungkinkan siapa saja bisa tampil menjadi pemimpin.
Asalkan masyarakat menaruh simpati padanya dan meraih suara terbanyak, apapun latar belakangnya maka tidak ada yang menghalanginya menjadi seorang pemimpin. Baik itu Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota.
SEKALIPUN MANUSIA BERSATU MENDAMPUK SESEORANG MENJADI PEMIMPIN,
TOH YANG AKAN TERJADI TAKDIRNYA JUGA
Sumber : kajian Dai Kamtibmas
Sumber : kajian Dai Kamtibmas
Comments
Post a Comment